Sabtu, 31 Mei 2014

      Pada 5 tahun sekali , Indonesia mengadakan Pemilihan Umum (PEMILU) untuk memlih calon pemimpin bangsa seperti Legislatif , Eksekutif . Biasanya Anda pasti mengalami kebingungan dalam menentukan calon pemimpin bangsa yang baik . Maka dari itu , saya akan membagikan sedikitnya 7 Aspek dalam menentukan pilihan Anda . Agar Anda tidak menyesal dikemudian harinya . Nah, check this out ya .... !




1. AGAMA
a. Seiman
Untuk sebagian orang, masalah agama memang hal yang sensitif. Jadi hal ini harus diperhatikan juga. Walaupun tentu tidak hanya faktor ini saja yang wajib dipertimbangkan.
b. Aplikasi Agama Dalam Hidup Keseharian
Sebagai seorang pemimpin, tidaklah cukup dengan hanya melihat status agama di KTP nya saja. Karena saat ini banyak orang yang mengaku beragama, tapi ternyata masih korupsi juga.
Ngakunya ahli agama, tapi tingkah laku nya tidak mencerminkan yang selayaknya. Perkataannya sering menyakitkan orang lain. Saat bercanda malah jadi menyinggung perasaan.
c. Tawakal
Menurut wikipedia, tawakal berarti berserah diri pada Yang Maha Kuasa. Tugas manusia hanyalah sebatas berusaha. Hasilnya tergantung nasib yang sudah ditakdirkan.
Jika menang, pemimpin yang punya sifat tawakal akan bersyukur dan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Sebailiknya, andai ternyata kalah, beliau akan legowo dan bersikap gentleman mengakui kekalahan dari calon yang menang.
d. Amanah
Bicara amanah tentu tidak hanya sebatas menunaikan masa jabatannya saja. Tapi yang jauh lebih penting, juga amanah dalam melaksanakan pemerintahan demi kepentingan rakyat.
Buat apa menjabat sampai selesai masa jabatan, tapi alih-alih demi pembangunan, uang negara malah digunakan untuk memperkaya diri sendiri dan kolega nya saja. Alhasil kinerjanya jeblok, prestasi pun tak ada.
-
2. TINGKAH LAKU
a. Ramah
Pemimpin yang ramah pasti menjadi dambaan semua rakyatnya. Murah senyum setiap saat. Tapi kita juga harus bisa membedakan senyum yang tulus dengan senyum yang dibuat-buat.
Banyak pejabat yang selama kampanye menebar senyum dan bersikap ramah, tapi begitu sudah terpilih berubah 180 derajat menjadi makhluk yang bebal dan mengerikan.
Saat menjalankan tugas, seorang pemimpin tentu sering menemui berbagai masalah, kadang sampai menyulut emosi. Pemimpin yang baik haruslah dapat mengontrol emosi dirinya.
Tidak mudah marah-marah saat ada bawahan yang melakukan kesalahan. Begitu pula andai disudutkan oleh pihak-pihak yang kurang puas dengan kepemimpinannya.
b. Tidak Anti Kritik
Tidak ada manusia yang senang dikritik. Tapi sebagai seorang pemimpin, kritik yang datang harus dimanfaatkan sebagai momen perbaikan dan pengembangan diri. Mungkin masih ada kesalahan yang dibuat atau program kerja yang belum optimal.
c. Merakyat
Merakyat berarti seorang pemimpin sering terjun ke lapangan untuk melihat langsung kondisi rakyatnya. Tentunya hal ini dilakukan rutin selama menjabat, bukan hanya saat kampanye saja demi pencitraan diri.
Padahal aslinya hanya berdiam diri di kantor dan terima beres laporan dari bawahan. Sudah jamak istilah ABS, Asal Babe Senang, demi menyenangkan atasan.
d. Tidak Arogan
Dengan diberi beragam fasilitas, pemimpin yang baik harus menggunakannya sebaik mungkin. Tapi juga harus memperhatikan etika dan aturan yang ada.
Misalnya penggunaan dana negara tentu harus sehemat mungkin, mengingat kondisi ekonomi Indonesia yang masih rendah. Atau penggunaan mobil dinas tidak perlu dikawal voorijder secara berlebihan.
Saat ini, banyak rombongan pejabat dengan kawalan polisi berlaku seenaknya meminta jalan untuk lewat. Apalagi di tengah kemacetan parah. Seolah buta bahwa kondisi jalan sedang penuh. Kalau yang di depan disuruh minggir, mau minggir kemana? Kanan kiri sudah penuh dengan kendaraan lain.
Bahkan ada lagi yang lebih parah, sampai melawan arus lalu lintas hanya demi menghindari kemacetan. Hal ini tentu sangat membahayakan pengguna jalan lain yang notabene rakyatnya sendiri.
e. Jujur dan Jantan
Jujur adalah salah satu syarat utama untuk menjadi pemimpin. Tanpa kejujuran, uang negara bisa ditilep demi mengisi rekening pribadi dan kolega. Tanpa kejujuran, kondisi rakyat bisa dimanipulasi untuk kepentingan politik.
Misalnya saat butuh dana tunjangan kemiskinan, jumlah orang miskin ‘dinaikkan’. Sebaliknya saat butuh pencitraan, jumlahnya ditekan serendah mungkin.
Pemimpin juga harus jantan mengakui andai masih ada kekurangan saat memegang jabatan. Bukannya ngeles kalau ada yang mengkritik.
f. Ambisi
Di era sekarang ini, banyak yang berambisi menjadi pemimpin. Tapi andai ada, pilihlah calon yang tidak mencalonkan dirinya sendiri, melainkan dicalonkan atau diminta maju oleh orang lain.
Karena seringkali, ambisi seseorang mebuatnya melakukan segala cara untuk mencapai tujuan. Kalau perlu, aturan diterjang. Hukum agama dipermainkan hanya demi kepentingan politik.
g. Inspiratif
Pemimpin haruslah menjadi inspirasi bagi rakyat maupun bawahannya untuk menjadi lebih baik. Karena dengan pemimpin yang inspiratif, semua pihak akan bersemangat dalam mencapai cita-cita bersama.
-
3. KEMAMPUAN
a. Manajerial
Tugas utama seorang pemimpin bukanlah di bagian teknis atau eksekusi nya. Tapi lebih kepada kemampuan mengelola sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
Baik sumber daya alam, dana maupun tenaga yang dipimpinnnya. Pemimpin harus mampu menempatkan orang-orang terbaik sesuai keahliannya, bukan hanya mengaku-aku ahli.
b. Kontrol
Setelah penempatan personel kerja dan pembagian tugas, selanjutnya diperlukan kontrol dalam pelaksanaan suatu program kerja. Jangan sampai melenceng dari rencana, baik pendanaan, target waktu sampai hasilnya.
c. Komunikasi
Untuk bisa berhubungan dengan banyak pihak, pemimpin harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik. Berbeda dengan zaman feodal dahulu yang bersifat top down. Raja tinggal memerintah, punggawanya harus melaksanakannya tanpa banyak membantah.
d. Kerjasama
Dalam melaksanakan tugas, pemimpin juga harus bisa menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Apakah itu wakilnya, bawahan, atau rakyat. Semua harus dirangkul dengan baik.
Bukannya malah ‘one man show‘. Semua diakui hasil jerih payah sendiri. Padalah banyak pihak lain yang berperan penting didalamnya.
e. Tegas
Tegas berarti tidak boleh bersikap lembek saat pelaksanaan rencana kerja. Ditekan kanan kiri, mengkerut. Ditekan dari depan, mundur. Kalau punya pemimpin model begini, kapan majunya?
Tegas juga bukan berarti kaku. Karena ketegasan itu sendiri masih memperhitungkan kondisi riil yang ada tanpa terlalu jauh melenceng dari rencana awal. Jadi mampu mengantisipasi berbagai halangan yang menghadang.
-
4. PERHATIAN TERHADAP RAKYAT KECIL
Kenapa harus rakyat kecil yang diutamakan? Karena golongan inilah yang paling butuh pertolongan pemimpin. Bukan dengan sumbangan sporadis dan temporer. Tapi melalui program-program yang pro rakyat.
a. Transportasi Publik
Sarana transportasi massal menjadi kebutuhan mutlak manusia modern karena mobilitasnya yang sangat tinggi. Lihatlah kota-kota besar di seluruh dunia.
Transportasi publik nya sudah terlayani dengan baik. Monorail, MRT, busway, kereta rel listrik, dsb. Semua sudah tersedia lengkap, bukan hanya tiang pancang nya saja.
b. Bangun Pasar Tradisional, Bukannya Memperbanyak Mal
Pasar identik dengan rakyat kecil karena di pasar lah tempat para pedagang kecil. Semakin banyak dan semakin baik pasarnya, semakin banyak pula UKM yang bisa berkembang.
Bukankah selama krisis moneter dulu, UKM lah yang menjaga kestabilan ekonomi Indonesia? Bukannya konglomerat yang langsung kabur keluar negeri membawa semua aset.
Mirisnya lagi, saat ini banyak kecurigaan pasar yang ‘terbakar’. Untuk pembangunannya kembali, pedagang lama harus membayar dengna harga yang jauh lebih mahal. Tanya kenapa?
c. Kesehatan dan Pendidikan
Sudah menjadi tugas pemimpin untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bagus dan terjangkau biayanya. Jaminan kesehatan perlu untuk semua lapisan masyarakat, terlebih golongan ekonomi lemah.
Pendidikan murah dan baik juga perlu diperbanyak untuk peningkatan taraf hidup rakyat lapisan bawah.
-
5. PRESTASI
A. Kondisi Daerah
Kalau mau melihat prestasi seorang pemimpin, tengoklah kondisi wilayah yang dipimpinnya. Apakah semakin baik, atau justru semakin lama semakin bertambah rusak dan semrawut?
b. Prestasi Individu
Selain kondisi wilayahnya, kinerja pemimpin juga dapat dilihat dari penghargaan individu yang diberikan oleh pihak luar demi mengapresiasi prestasi kerjanya.
c. Pilih Yang Memberi Bukti, Bukan Janji
Kenyang pengalaman belum tentu kenyang prestasi. Bisa jadi seorang pemimpin sudah lama menduduki jabatan ini itu di pemerintahan, tapi hasilnya nol besar.
Padahal mengaku paling paham dan paling mengerti. Pilihlah yang sudah memberi bukti NYATA, bukan hanya janji kosong belaka.
-
6. DUKUNGAN RAKYAT
Pemimpin yang baik adalah yang dicintai karena mampu mensejahterakan rakyatnya.
a. Saat Kampanye
Pada masa kampanye, ada calon yang menggunakan dana besar dan dukungan kolega. Dana yang banyak digunakan untuk berkampanye di berbagai media.
Kolega digunakan untuk meraih basis massa sebanyak-banyaknya. Dalam politik, tentu tidak ada dukungan yang gratis. Semua ada perhitungan untung ruginya.
Sebaliknya, ada juga yang mendapat simpati masyarakat luas. Sampai-sampai banyak pihak yang sukarela menyumbangkan dana, tenaga dan waktu secara cuma-cuma.
Kenapa mau membantu tanpa imbalan? Karena, dengan berbagai pertimbangan, mereka yakin calon inilah yang paling tepat.
b. Untuk Yang Pernah Berkuasa, Lihatlah Saat Pemilihan Kedua
Seringkali dari calon-calon yang ada, pernah memegang jabatan baik di tempat yang sama maupun di tempat lain. Andai ada yang pernah terpilih 2 kali, lihatlah dukungan rakyat pada saat pemilihan yang kedua.
Apabila dukungan rakyat begitu besar, berarti pemimpin ini dinilai sukses oleh rakyat yang dipimpinnya. Tentu mustahil mencapai angka 100% karena pasti masih ada kekurangan sebagai manusia. Tapi perolehan angka yang tinggi mencerminkan prestasi seorang pemimpin di periode sebelumnya.
-
7. KAMPANYE SEHAT
Tujuan yang baik harus dicapai dengan jalan yang baik. Adagium itu berlaku juga di dunia politik. Untuk mencapai suatu jabatan publik, calon pemimpin juga harus menempuh cara yang baik juga. Jangan karena ambisi meraih posisi, menjadikannya menghalalkan semua cara.
a. Politik Santun
Gunakan model kampanye santun. Taati peraturan yang berlaku. Norma hidup bermasyarakat juga harus diperhatikan.
Jangan sampai malah menimbulkan perpecahan di kalangan masyarakat.
B. Kampanye Tanpa Kekerasan
Kekerasaan bukan hanya berupa kekerasan fisik. Tapi bisa juga kekerasan verbal berupa ancaman, makian, dan hinaan. Begitu juga dengan fitnah keji yang tidak sesuai dengan realita.
Itulah beberapa kriteria yang dirasa perlu dalam diri seorang pemimpin. Andai ada kriteria lain yang terlewat, bisa juga dimasukkan.
Oleh karena itu, cerdaslah dalam memilih pemimpin. Karena pemimpin yang baik dapat membawa kita menuju perbaikan. Sebaliknya pemimpin yang buruk membawa bencana.
Bukankah segala sesuatu harus diserahkan pada ahlinya, kalau tidak tunggulah kehancurannya. Tentu saja yang benar-benar ahli, bukan ahli ngeles apalagi ahli berbohong.
Selain itu, Tuhan juga memerintahkan kita untuk senantiasa berusaha agar bisa merubah nasib. Salah satu usahanya, ya dengan memilih pemimpin yang tepat.
Jadilah warga yang baik. Jangan bersikap egois memikirkan diri sendiri. Pikirkan juga penderitaan rakyat kecil selama ini berkutat dengan macet, banjir, pelayanan kesehatan yang buruk dan pendidikan ‘gratis’ yang ternyata mahal.
Andai akhirnya memutuskan untuk golput, tetaplah datang ke TPS dan coblos semua calon yang ada. Karena kertas suara yang kosong seringkali dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk memenangkan suatu calon secara tidak fair.

sumber : http://supermilan.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!